Change (Perubahan). Persis seperti kondisi yang sedang kita alami saat ini di tengah pandemi Covid-19. Krisis global yang dipicu oleh wabah virus corona. Kita semua sedang mengalami perubahan gaya hidup karena pandemi tersebut, dan mungkin hal ini menjadi a new normal, yakni perubahan yang permanen.
Change or Die
Darwin pernah mengatakan bahwa hanya mereka yang paling adaptif atau responsif terhadap perubahan-lah yang akan survive (lestari). Dengan kata lain bahwa change itu tidak bisa dihindari. Tidak ada yang lestari di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri.
Mengelola perubahan adalah salah satu kompetensi penting untuk organisasi manapun, terlebih di tengah situasi yang tidak pasti seperti saat ini.
Namun faktanya dengan semakin banyaknya organisasi yang mengenalkan program perubahan pada karyawannya, ataupun perusahaan yang mengalami perubahan karena terpaksa akibat pandemi tersebut; tidak banyak yang tahu bagaimana mengelola perubahan tersebut. Tidak banyak organisasi yang mengajarkan kepada para manajer dan timnya bagaimana secara efektif mereka bisa mengelola “aspek manusia” dari perubahan itu sendiri.
Dalam sharing ini kita akan sama-sama belajar dimensi kualitas diri seperti apa yang dibutuhkan untuk menghadapi dan menjadi pemenang di era VUCA ini, dan mengapa kualitas ini menjadi kompetensi kunci yang diperlukan bagi organisasi kita.
Era VUCA
Kita ini hidup di jaman VUCA saat ini. VUCA adalah singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity.
Volatiliy artinya perubahan yang sangat cepat terjadi
Uncertainty artinya ketidakpastian. Yakni kurangnya kecepatan kita untuk memprediksi segala peristiwa yang akan terjadi.
Complexity artinya sangat kompleks. Situasi adanya gangguan yang dihadapi oleh suatu organisasi
Ambiguity artinya semua serba tida jelas alias bias
Istilah VUCA pertama kali digunakan di militer USA pada tahun 1990-an. Kemudian dipakai dalam dunia bisnis. VUCA disini mengambarkan ketidakpastian dalam dunia bisnis, ekonomi maupun lingkungan organisasi. Namun yang harus kita hadapi dan kelola dengan baik.
“Akselerasi perubahan itu semakin cepat dari waktu ke waktu” - Jimmy Sudirgo
Contoh faktor-faktor yang umumnya mempengaruhi perubahan lingkungan bisnis antara lain seperti: globalisasi, inovasi, teknologi, marketplace disruption, organisasi yang semakin datar (flatter dan leaner), M&A (merger & acquisition) / restrukturisasi, spin-offs dan lain sebagainya. Ditambah satu lagi yakni force majeur, seperti pandemi Covid-19 yang memberikan dampak global, suatu perubahan yang tidak pernah ada dalam radar organisasi manapun.
Dalam era VUCA tersebut mengeksekusi strategi-strategi bisnis sangatlah menantang. Dalam VUCA world ini perubahan yang lebih besar dan lebih cepat, serta mempunyai dampak yang sangat besar, kita sering menamainya dengan kondisi disruptive. Pertanyaan disini adalah bagaimana kita sebagai pemimpin organisasi supaya tetap bertumbuh dan tetap kompetitif? Bagaimana kita secara efektif merekrut, mengembangkan dan menjaga para karyawan kita di tengah lingkungan yang berubah tersebut?
“You have to disrupt yourself or others will do it for you” – Steve Forbes
Lima Ciri Pemimpin yang Super Agile
Perusahaan yang mau bertahan dalam era VUCA seperti saat ini, harus memiliki pemimpin yang “super agile”.
Apa itu agile sih. Menurut definisi kamus Merriam-Webster. Agile adalah mempunyai karakter yang cepat beradaptasi dan bersumber daya. Dalam bahasa Indonesia sering disebut juga tangkas. Jadi merupakan suatu pola pikir dan kebiasaan.
Menurut riset Korn Ferry, pemimpin yang disebut super agile adalah mereka yang memiliki kelima ciri sebagai berikut:
1. People Agility
Artinya kita mampu kerjasama dengan siapapun. Setiap orang diharapkan mempunyai kemampuan untuk membangun kerjasama yang baik antar individu lainnya. Dengan mampu bekerja sama dengan siapapun, pekerjaan akan jauh lebih efektif.
“Talent wins games, but teamwork and intelligence win championships” – Michael Jordan
2. Change Agility
Kondisi orang yang mampu beradaptasi dengan perubahan se-ekstrim apapun. Ini juga menjadi salah satu ciri sumber daya manusia yang termasuk dalam kategori "super agile". Di era seperti sekarang ini, perusahaan membutuhkan para pekerja yang mampu menerima perubahan secara cepat dan mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut.
3. Result Agility
Orang yang mampu tetap berprestasi dan menghasilkan dalam kondisi apapun. Terkadang dengan kemajuan jaman yang semakin canggih, plus keterbatasan yang dipunyai oleh individu, membuat orang merasa down karena merasa tak mampu mengikuti perubahan yang ada. Yang diperlukan untuk bisa bertahan di era VUCA ini adalah orang-orang yang mampu menghasilkan sesuatu dalam kondisi yang tak memungkinkan. Karena pada dasarnya, manusia bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
4. Mental Agility
Artinya orang yang mampu bertahan dalam tekanan mental apapun. Mental Agility ini sangat diperlukan dalam bekerja. Seperti yang kita tahu, banyak atasan atau bahkan rekan kerja kita yang mempunyai sikap yang kurang baik, yang berujung pada kemalasan bekerja. Sangat diperlukan SDM yang mampu bertahan dengan lingkungan yang berisi orang dengan mental emosi yang berbeda-beda.
5. Learning Agility
Ciri-ciri yang mampu memahami dan mempelajari hal baru dengan cepat. Learning Agility pun menjadi sesuatu yang wajib dimiliki agar mampu bertahan di era VUCA ini. Individu yang mau belajar dan memahami hal-hal baru dengan cepat, yang akan mempercepat kerja mereka juga. Era ini menuntut kecepatan dan ketepatan kerja. Sikap learning agility ini yang banyak diperlukan oleh perusahan-perusahaan agar mampu bertahan. Seperti kutipan Mahatma Gandhi ini, maka belajarlah seakan kita akan hidup selamanya.
"Live as if you were to die tomorrow, learn as if you were to live forever.” – Mahatma Gandhi
Agile Leader
Di era VUCA ini dibutuhkan seorang agile leader yaitu pemimpin yang tangkas. Pemimpin yang agile adalah mereka yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungannya. Pemimpin yang memiliki kelima ciri “super agile” di atas.
Agile leadership ini yang perlu terus dikembangkan dan menjadi mindset yang dimiliki oleh setiap SDM yang ada dalam organisasi kita.
Supaya bisa survive di VUCA world tersebut, hal penting yang perlu dipunyai para leader adalah kemampuan mengidentifikasi masalah dan atau peluang dan kemudian bergerak menindaklanjutinya dengan tangkas, dan dilakukan terus-menerus dengan adaptif hingga mencapai tujuan sukses yang diinginkan.
Growth Mindset vs Fixed Mindset
Dari pemahaman di atas, tentu seorang agile leader mempunyai kualitas growth mindset. Istilah fixed vs growth mindset dicetuskan oleh Carol Dweck, profesor psikologi dari Universitas Stanford yang juga merupakan penulis buku terkemuka.
Growth mindset adalah pola pikir orang yang terbuka terhadap informasi. Ini adalah tipikal orang yang tidak mudah menyerah, mempunyai agile spirit.
Sedangkan fixed mindset adalah sebaliknya, orang yang gampang menyerah, dan condong menyalahkan kelemahan dalam diri mereka. Orang yang punya pola pikir fixed ini percaya bahwa karakter, kecerdasan kemampuan dan kreativitas adalah bakat atau bawaan tetap yang tidak bisa diganti.
Kedua pola pikir ini berpengaruh sangat besar terhadap kesuksesan maupun kegagalan seseorang. Jadi hendaklah kita mengembangkan growth mindset dalam budaya kepemimpinan yang ada di perusahaan kita.
OKR untuk Fokus pada Prioritas Terpenting
Permasalahan yang sering dialami seorang agile leader adalah bagaimana mereka bisa menyelaraskan (alignment) apa yang sang pemimpin anggap hal paling prioritas, dengan pekerjaan seluruh anggota timnya?
Salah satu sistem manajemen yang dapat dipakai sang pemimpin untuk membantu menentukan area fokus utama yang perlu dilakukan oleh seluruh anggota timnya dalam situasi VUCA ini adalah OKR.
OKR adalah singkatan Objectives dan Key Results. Objectives adalah tujuan atau sasaran apa yang hendak dicapai (goal-setting). Key Results adalah tolak ukur (metrics) yang mengukur pencapaian goal tersebut.
OKR membantu perusahaan untuk fokus pada hal yang super penting, sehingga kita bisa mengerjakan hal-hal yang menjadi prioritas saja. Cocok dalam era VUCA ini, sebagai alat komunikasi yang terstruktur dari top level hingga individual level.
Konsep OKR esensinya ingin membuat semua orang tahu sebenarnya apa yang menjadi fokus perusahaan atau unitnya, tidak dalam waktu setahun tapi tiga bulan ke depan, bahkan bila perlu sebulan ke depan. Sehingga semua insan bisa menyelaraskan pekerjaannya dengan prioritas tersebut. OKR mendorong para pemimpin untuk memilih dan memutuskan apa yang menjadi prioritasnya. Apa hal terpenting yang diperlukan dalam kondisi krisis yang sedang dihadapi?
Saya percaya bila kita mempunyai kompetensi super agile dari dalam diri, dan ditambah sistem OKR yang membantu mengelola prioritas yang perlu dilakukan, maka akan membangun budaya sukses yang tahan uji di era VUCA ini.
Sebagai penutup, dengan melihat kondisi perubahan di sekitar kita ini maka…
Bukan yang besar mengalahkan yang kecil
Bukan pula yang cepat mengalahkan yang lambat
Tapi yang sangat cepat mengalahkan yang cepat
Dan yang sangat cepat serta instan akan mengalahkan lainnya.
Apakah Anda siap untuk berubah?
Dalam seri tulisan berikutnya saya akan mengupas bagaimana kita mengelola perubahan (change management) secara efektif. Demikian tulisan saya, semoga bermanfaat buat Anda semua!
Cover Image by Gerd Altmann
Comentários